Archive for the ‘Home’ Category

h1

Protected: ss

January 13, 2014

This content is password protected. To view it please enter your password below:

h1

Kalo Berani satu – satu dong…

November 23, 2012

Nama gue marjo, dengan tinggi badan 175cm berkulit cokelat cerah anak dari pasangan seorang guru SD dan petani palawija yang berasal dari sebuah dusun kecil di daerah jawa timur.
Setelah menamatkan bangku perguruan tinggi jurusan teknik mesin di surabaya, gue membulatkan tekad untuk merantau menaklukkan kebuasan hutan, yang mana hukum rimba masih berlaku di dalamnya. Hutan yang lebat akan bangunan gedung gedung tinggi pencakar langit, hutan yang di lingkupi udara penuh polusi, dan hutan yang penuh dengan Makhluk Pemangsa Antar Sesama.. Hmm hutan itu bernama Jakarta, tempat dimana segala macam dosa.
############################
“.. Dilangit ia menipu Tuhan, dan di bumi ia memperangkap Setan ..“
############################

”Aaah capek dari tadi jalan terus.”, keluh gue dalam hati setelah memasukkan berbagai macam lamaran ke berbagai perusahaan. “nhah itu dia ada warung es.”, gumam gue sambil melangkahkan kaki memasuki warung es. “Bu, es teh manis satu yaa..”, pesen gue ramah ke ibu penjual sembari mengeluarkan rokok kegemaran yang ternyata tinggal dua batang.. hehehe..

Tak berselang lama tiba tiba terdengar suara dengan nada lucu,”Buu.u nurr.rr.. es sirup satu ga pake lama yaa, hehe.”, pesen seseorang dengan becanda dan keliatannya udah akrab dengan ibu nur. Ketika gue menolehkan wajah, ooohh.. ternyata gading martin host nya inbox.
“ wah pasti heboh ya mas ntar acaranya?”, tanya gue ramah membuka pembicaraan.
Read the rest of this entry ?

h1

Sang Cheff Cinta

November 23, 2012

”Ok….Cutt!!!.” teriak seorang pria bertubuh tambun dengan keras, seketika itu pula orang-orang yang sedari tadi diam tak bergerak apalagi bersuara mulai bergerak untuk membereskan segala sesuatu untuk bersiap-siap pulang ke rumah masing-masing. Itulah hal yang tergambar dari salah satu studio televisi nasional yang terkenal dengan acara kompetisi memasaknya yang cukup menyedot perhatian penonton seantero nusantara, dari balik hiruk pikuk orang-orang yang bekerja di balik layar program tersebut muncullah sesosok tubuh mungil dengan dada yang cukup besar sekitar 34c kalau tidak salah, dengan dibalut gaun ketat warna hijau dia berjalan dengan anggun melewati para crew yang tengah membereskan pekerjaannya.


Dia adalah Ririn Marinka atau biasa dikenal dengan Chef Marinka salah satu juri di ajang pencarian bakat memasak di salah satu stasiun tv nasional, tak sedikit laki-laki yang membayangkan menikmati tubuh montok sang chef termasuk sang sopir dari sang chef itu sendiri. Sang sopir yang bernama Toto Suroto berusia 45 tahun atau yang biasa dipanggil dengan Bang Toyib karena dia pernah dipenjara 3 tahun karena maling ayam milik tetangga, ya pembaca yang terhormat dan termupeng anda tidak salah baca hanya karena MALING AYAM si Toto dihukum 3 tahun inilah keajaiban negeri tercinta kita. Seorang Toto yang mencuri ayam milik 1 orang untuk menyambung hidup dihukum 3 tahun sedangkan para koruptor yang mencuri uang rakyat yang mencapai milyaran rupiah paling dihukum 5 tahun terus dipotong remisilah, potong masa tahananlah paling-paling cuma 2 tahun sudah bebas itu juga ditempatkan di sel khusus dengan fasilitas istimewa berbeda dengan Bang Toyib kita yang harus berbagi 1 sel dengan 8-12 orang tahanan.
Read the rest of this entry ?

h1

Lukisan Petaka – Lula Kamal XXX

November 23, 2012

“Jadi, apa yang membuatmu datang ke sini?” Lula bertanya pada remaja laki-laki yang duduk di depannya.
“Saya ke sini bukan karena keinginan saya sendiri, tapi orang tua saya yang memaksa.” jawab Azzam, sambil matanya nanar menatap meja.
“Ya, baiklah… baiklah… Jadi, ada masalah apa?” Lula memperhatikan bagaimana tubuh kurus Azzam gemetar, anak itu tampak sangat terguncang.
“Mereka… mereka menganggap saya gila.” sahut bocah itu, air mata mulai mengalir di sudut matanza yang cekung.
“Maaf?” Lula ingin memastikan kalau ia tidak salah dengar.
“MEREKA MENGANGGAP SAYA GILA!” Azzam mengulang lagi perkataannya, kali ini lebih keras, dan makin banyak pula air mata yang tumpah di pipinya. Bocah itu tergugu.
“Te-tenangkan dirimu, Zam… err, kamu bisa menceritakan kejadiannya padaku secara perlahan-lahan.” Lula mencoba menenangkan. Ia memperbaiki duduknya, meletakkan bokong bulatnya lebih nyaman lagi ke kursi.
“Ini semua karena lukisan bintang jatuh itu!” jawab Azzam lirih.
“Sebentar, aku akan mengambil kertas kosong dan mencatat beberapa poin penting yang kamu sampaikan. Baiklah, humm… lukisan bintang jatuh? Maksudmu sebuah lukisan yang menggambarkan bintang jatuh?” Lula mulai mencoret-coret catatannya. Payudaranya yang besar sedikit berombak saat ia melakukan itu.
“Ya, lukisan bintang jatuh pembawa sial!” seru Azzam, tampak sangat geram.
“Eh, kenapa kamu beranggapan lukisan itu membawa sial?” Lula menatap mata bocah itu yang masih merah dan penuh dengan air mata itu.
“…” Azzam terdiam, matanya lekat memandang wanita cantik yang sekarang ada di depannya. Seperti baru sadar kalau wanita yang berpakaian putih ini adalah Lula kamal, artis sekaligus dokter cantik yang sering ia lihat di TV.
“Azzam?” Lula memanggil, menarik lagi bocah itu ke alam nyata.
“L-lukisan itu, entahlah… ada yang aneh dengan lukisan itu.” bahu Azzam bergidik saat mengatakannya, tapi matanya masih lekat memandang Lula, eh… ralat: payudara Lula. Ya, mata Azzam sedang terarah ke sana sekarang, memperhatikan betapa besar dan menariknya daging kembar itu.
“Aneh bagaimana? Apakah lukisannya terlihat menakutkan?” tanya Lula, tidak menyadari ke arah mana mata si bocah terarah.
“T-tidak, tidak! B-bukan menakutkan… tapi, aneh…” Azzam menelan ludah, dalam pikiran mudanya mulai terbentuk bayangan sepasang payudara yang besar dan putih mulus milik Lula, dengan puting coklat kemerahan seukuran jari yang mencuat indah ke depan.
Lula Kamal

Read the rest of this entry ?

h1

Memoar Sang Mawar Liar

November 23, 2012

Ringkasan episode sebelumnya :

Sebuah peristiwa di kota H dulu telah menyeret Dr. Lila yang cantik dan Alfi ke dalam hubungan yang sangat intim. Meski akhirnya Lila menemukan lelaki yang menjadi cinta sejatinya namun ia masih terus menjalin percintaan dengan Alfi di dalam pernikahan bahagianya bersama Robert. Namun hubungan keduanya sejak dulu sangat  tidak disenangi oleh satu-satunya adik perempuan Lila, Lidya.

#######################
Hari minggu yang cerah,

Lila membetulkan letak maskernya. Ia tak ingin debu yang bertebaran di setiap sudut ruangan terhirup masuk kehidungnya. Semuanya masih tertata seperti dulu. Lembaran kain lebar berwarna putih menutupi setiap perabotan yang ada di setiap ruangan. Hanya ada 2 buah kamar dengan masing-masing kamar mandi. Satu buah ruang tamu, satu buah ruang keluarga. Plus dapur merangkap ruang makan dan sebuah ruang kecil buat gudang. Rumah ini memang mungil namun nyaman. Rumah yang dibeli Lila dengan uang hasil keringatnya sendiri selama ia praktek sebagai dokter. Sudah beberapa bulan sejak ia menikah ia tak lagi tinggal di rumah ini karena Robert telah memboyongnya tinggal di aparteman mewah miliknya. Saat ini kehamilannya sudah memasuki bulan kelahiran. Namun itu sama sekali tak mempengaruhi penampilannya. Paras Lila tetap saja memancarkan kecantikan yang sulit dicari pembandingnya. Perutnya yang membuncit dipadu dengan gaun babydoll membuatnya terlihat sexy menggemaskan namun tetap anggun dipandang.
“Jangan lupa maskermu, Lid” ujarnya mengingatkan Lidya adiknya.
“Ya kak”ujar Lidya berjalan mengiringi kakaknya memeriksa setiap ruangan. Lidya sendiri tak jauh berbeda dengan sang kakak. Dianugrahi wajah menawan. Tubuh tinggi semampai dan porposional. Kulitnya putih bersih bak pualam merupakan dambaan kaum wanita. Hanya sifatnya saja yang berbeda dengan Lila.  Sebagai anak sulung yang sejak remaja harus ikut memikul tanggung jawab bagi keluarga, Lila tumbuh menjadi sosok yang tegar, tegas dalam mengambil keputusan, sangat disiplin namun sangat pengalah terhadap sang adik satu-satunya itu. Sedangkan Lidya si bungsu adalah gadis yang manja, gampang merajuk, jelas tak mau mengalah namun sangat mengidolakan sang kakak tersayangnya itu.
“Engkau benar-benar yakin ingin tinggal di sini? Apa tak sebaiknya engkau tinggal bersama kami di apartement saja?”Tanya Lila.
“Kak.. kan sudah berulang kali Lidya katakan bahwa Lidya ingin belajar mandiri seperti halnya kakak. Selain itu Lidya tidak ingin merepotkan kakak dan kak Robert.”
“Hmmm…Aku hanya tak ingin engkau tinggal seorang diri di sini mengingat dirimu seorang wanita”
“Kakak tidak usah kuatir. Lidya bisa menjaga diri kok. Lagian bukankah dulu kakak juga tinggal seorang diri di rumah ini?”ujar Lidya berusaha meyakinkan kakaknya.
Semua ini berawal dari kepindahan Lidya ke kota S ini. Bank tempat Lidya bekerja baru saja membuka sebuah kantor cabangdi sini. Lidya terpilih menjadi salah satu karyawan yang dipercaya untuk ikut mengembangkan cabang baru tersebut.Rencananya dalam beberapa hari lagi mereka akan melakukan Grand Opening bagi khalayak umum. Dan kebetulan sekali jarak rumah ini dengan kantor baru Lidya juga tak jauh. Hanya sekitar 2 km saja. Dan itu masih berada dalam satu jalur angkutan umum.
Read the rest of this entry ?